Kamis, 23 Mei 2013

Ternak Puyuh

CARA BETERNAK PUYUH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Prospek Bisnis Burung (Telur) Puyuh

Burung penghasil telur yang dikenal dengan nama puyuh ternyata mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,karena harga telurnya yang mengalahkan harga telur yang dihasilkan saudaranya sesama bangsa burung yaitu ayam, itik atau yang lainnya dalam hitungan perkilo.

Pemeliharaannya sangat mudah,disamping luas lahan yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan dengan unggas lain dalam jumlah yang sama. Sehingga diternak dalam skala bisnis kecil atau bisnis sampinganpun juga mudah.

Yang perlu diperhatikan dalam pemeliharahaan puyuh ini adalah meliputi :

* Kandang

* Pakan

* Cara perawatan

Perkandangan

Meskipun mudah dalam perawatannya,burung petelur ini mempunyai kelemahan yaitu tidak tahan kebisingan dan perubahan lingkungan yang dramatis. Kalau untuk pemeliharaan skala kecil mungkin tidak masalah,tapi jika sudah menyangkut skala bisnis besar maka lokasi kandang haruslah diperhatikan dengan faktor di atas. Sebab jikalau dalam kondisi stress bukan tidak mungkin burung ini ngadat bertelur.

Beberapa system kandang yang bisa digunakan sebagai pilihan seperti berikut :

System litter

Untuk system yang satu ini memang masih jarang digunakan oleh peternak di Indonesia. Biasanya system ini dipakai di negara yang mempunyai banyak musim. Media kandang yang digunakan pada system litter adalah 80% sekam padi (bisa giganti dengan serbuk gergaji),15% kotoran sapi kering dan 5% kapur mati.

Kelebihan dengan media ini adalah tidak perlu terlalu sering untuk membersihkan kadang sehingga akan menghemat waktu dan tenaga serta menjadi sumber vitamin B-12 bagi burung puyuh sekaligus memberi rasa hangat pada musim hujan atau mussim dingin.

Disamping itu kesehatan kaki burung akan terjaga karena media tempat berpijak tidak keras. Begitu juga kotoran yang dikeluarkan burung akan diserap oleh media litter. Dan yang paling penting bisa memneri kesibukan puyuh untk mengais-ngais sehingga akan mengurangi sifat kanibalisme puyuh dalam patuk-mematuk sesamanya.

Kelemahannya adalah alas penampung litter tentunya harus dari bahan yang kuat dan tiidak bocor sehingga dari sisi biaya bahan kandang dan penyiapan media agak sedikit besar.

System sangkar/baterei

Nah system ini adalah yang paling banyak digunakan oleh peternak di Indonesia,karena selain biaya murah,tidak perlu menyiapkan media alas kandang bagi puyuh. Dengan pemberian penampung kotoran burung (dopping board) hanya perlu sedikit rajin untuk membersihkannya tiap hari. Sebab jika tidak akan menimbulkan bau dari kotoran ternakyang berakibat mengganggu kesehatan lingkungan termasuk ternak itu sendiri.

Pada waktu menentukan kandang yang sesuai dengan keinginan kita yang perlu juga harus diperhatikan adalah penentuan skala jumlah ternak dengan luas lahan yang dibutuhkan supaya ideal dalam pemeliharaan atau perawatan.

Skala bisnis ternak terbagi menjadi 4 macam yaitu :burung puyuh

* Skala bisnis rumah tangga dengan jumlah ternak max 250 ekor.

* Skala bisnis kecil dengan jumlah ternak antara 250 s/d 2400 ekor.

* Skala bisnis sedang dengan jumlah ternak antara 2400 s/d 8000 ekor.

* Skala bisnis besar dengan jumlah ternak lebih dari 8000 ekor.

Dari keempat skala tersebut,skala sedang adan besar membutuhkan perencanaan yang cermat karena sudah mengarah pada orientasi komersil.Untuk itu lokasi harus betul-betul dilakukan studi yang cermat.

Selain itu adalah memperhatikan tingkat kepadatan. Ideal setiap meter hanya diisi dengan 90 – 100 anak puyuh, 60 ekor untuk puyuh tanggung (umur 10 hari) dan 40 ekor untuk ukuran puyuh dewasa.

Kalau tingkat kepadatan ideal diketahui maka tidaklah sulit untuk membuat rencana berapa ekor jumlah puyuh dan lahan yang kita butuhkan untuk memulai usaha puyuh ini.

Pakan

Faktor penting lainnya dalam kesuksesan pakan adalah pemberian pakan terhadap ternak. Itulah mengapa 80% yang dikeluarkan peternak adalah untuk pakan. Bila terjadi kesalahan atau tidak kedisiplinan dalam pemberian pakan maka bukan untung yang didapat justru buntung yang akan ditemui.

Zat pakan yang terpenuhi pada burung puyuh adalah terpenuhinya unsur :

* Protein

* Karbohidrat

* Lemak

* Vitamin

* Mineral

* Air

Demikian halnya dengan obat-obatan bila burung mengalami sakit. Di pasaran pakan siap pakai (poor) sangat banyak dijual.

Cara perawatan

Siklus hidup puyuh sangat pendek meskipun produksi telur bisa mencapai 250 – 300 butir pertahun dengan bobot rata-rata 10 – 15 gram perbutir. Karena itu patut dicermati adalah pemberian pakan yang tepat sehingga memenuhi kebutuhan puyuh yang dampaknya akan terjadi pada pertumbuhan dan telur yang maksimal.

Berikut ini ransum yang diberikan berdasarkan umur unggas perekor :

Umur puyuh Jumlah ransum dlm gram

1 hari – 1 minggu 2

1 minggu – 2 minggu 4

2 minggu – 4 minggu 8

4 minggu – 5 minggu 13

5 minggu – 6 minggu 15

Diatas 6 minggu 17 – 19

Untuk pemberian dengan pakan jadi adalah tidak mutlak. Bagi peternak yang kreatif mereka bisa memberikan pakan olahan sendiri dengan mengacuh pada teknolgi pengolahan pakan ternak yang banyak dikembangankan saat ini. Dan hasilnyapun tidak kalah dengan produksi dari prabik.

Disamping produksi telur adalah target utama peternak yang tak kalah penting adalah distribusi telur yang jitu ke pasar atau konsumen menjadikan keuntungan peternak semakin berlipat. Termasuk mensiasati turun-naiknya harga telur dan pakan. Di sinilah seni beternak si burung puyuh ini. Berniat mencoba bisnis ini…?

By. Andanan HT
      Maskur Zaida

Rabu, 22 Mei 2013

Ternak Ayam Kampung Super



Ternak Ayam Kampung untuk Pemula 
Beternak Ayam Kampung adalah salah satu bentuk usaha memelihara hewan atau ternak peliharaan yang bisa menopang perekonomian hidup kita sehari-hari.

 Usaha ternak ayam kampung bisa diusahakan dalam skala kecil-kecilan ataupun besar-besaran tergantung modal yang tersedia. Namun kadang kita bingung untuk memulai usaha ini karena sering dihantui berbagai macam rintangan, kendala dan ketakutan lainnya. Rintangan dan kendala yang biasanya muncul sebelum kita memulai usaha beternak ayam kampung antara lain bagaimana agar ayam kampung bisa tetap hidup? Bagaimana jika ayam kampung sakit? Dari mana mendapatkan modal? Terus bagaimana kalau rugi? undefinedBagaimana kalau ini, kalau itu dan kalau-kalau yang lainnya.
Beternak ayam kampung sudah lama dilakukan oleh masyarakat kita, sehingga cara dan teknik beternak sebenarnya tidak perlu kami angkat ke permukaan. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman dan permintaan akan produk ini (daging dan telur) yang tidak sebanding dengan tingkat produksi maka kiranya perlu masalah ini kami angkat kembali terutama untuk yang ingin memulai usaha beternak ayam kampung. Untuk mengatasi permasalahan tersebut tidak ada pilihan lain kecuali dengan mengubah cara beternak kita. Masyarakat kita selama ini menggunakan model pemeliharaan beternak ayam kampong secara ekstensif (diumbar) dan memang sudah semestinya kita mulai berganti minimal dengan model pemeliharaan semiintensif atau lebih-lebih bisa meningkat menjadi intensif.
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa membantu anda untuk memulai usaha beternak ayam kampong:
Bangun keyakinan
Membangun keyakinan untuk memulai usaha ternak ayam kampung bukanlah hal yang gampang apalagi untuk orang yang tidak mempunyai latar belakang beternak sama sekali. Belakangan banyak kalangan yang memutar haluan untuk terjun di bisnis ini yang notabene bukan berlatar belakang seorang peternak. Mereka kebanyakan hanya bisa menangkap peluang tapi belum tahu cara beternak benar. Para usahawan yang bermodal tebal, orang yang mau pensiun ramai-ramai merintis usaha ini. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan (modal, mental dan sebagainya) dan siap dengan resiko dan kendala yang akan di alami. Sehingga resep jitu untuk membangun kenyakinan adalah dengan memaksimalkan kekuatan dalam diri kita dan siap dengan resiko yang akan di alami.
Singkirkan rintangan!
Semua bentuk usaha manusia di dalamnya dibutuhkan pengorbanan (ikhtiar), setelah itu kita hanya bisa pasrah bertawakkal kepada yang Maha Memberi Rezeki. Tidak perlu pergi ke dukun, orang pintar, paratidaknormal, dan sebagainnya agar usaha kita membawa keberhasilan karena hal itu akan membuat kita menjadi musryik bagi orang Islam. Akhir dari bentuk usaha yang akan kita jalankan adalah sukses (untung) dan gagal (rugi) tergantung bagaimana manajemen kita dalam mengendalikan usaha. Begitu juga kalau kita akan memulai usaha ternak yang pastinya kita harus sedikit faham dan menjadi suatu keharusan untuk belajar akan seluk beluk dan liku-liku cara beternak. Yang perlu dicatat adalah kita harus membedakan usaha barang mati dengan barang hidup. Dengan berbekal sedikit pengetahuan dari membaca, mengikuti pelatihan atau training, berkunjung atau magang langsung ke peternakan kami rasa sudah cukup sebagai modal pertama untuk memulai usaha. Modal keuangan kami rasa ‘gampang’, tapi yang paling sulit adalah modal mental termasuk didalamnya adalah sikap siap menerima resiko usaha. Berbeda jika kita sudah menjalani satu siklus usaha, di sana kita akan banyak mendapatkan pengalaman dan kita bisa melakukan evaluasi usaha kita. Kalau rugi kenapa dan kalau untung apa tidak bisa ditingkatkan pada siklus kedua atau berikutnya. Singkirkan rintangan dan tanamkan dalam diri kita sikap percaya diri untuk memulai usaha kita dengan modal seadanya, jangan terlalu muluk-muluk dan angan-angan yang belum jelas akhirnya.
Tentukan pilihan usaha
Setelah permintaan daging dan telur ayam kampung tidak sebanding dengan tingkat produksinya, masyarakat kita mulai membedakan usaha antara beternak ayam kampung untuk tujuan pedaging dan tujuan telur. Penting kiranya sejak dari awal kita sudah menfokuskan diri memilih usaha apa yang akan kita rintis. Karena dengan mengetahui tujuan usaha yang jelas kita akan semakin mudah dalam mengatur usaha kita serta mengambil langkah yang jelas pula. Janganlah memulai suatu usaha dengan tujuan yang tidak jelas karena hanya akan membawa hasil akhir yang tidak jelas pula. Banyak bertanya tentang ke dua pilihan usaha tersebut kepada pelaku usaha atau orang yang punya pegalaman akan usaha tersebut. Singkirkan sikap sok pintar, sok pandai, sok pengalaman dalam diri kita kalau ingin berhasil.
Menentukan lokasi usaha
Menentukan lokasi usaha ibarat kita akan memilih rumah atau tempat tingga untuk keluarga kita. Biasanya ada dua masalah dalam penentuan lokasi usaha ini yaitu calon peternak yang sudah mempunyai persiapan lahan dan calon peternak yang belum mempunyai lahan. Factor penentuan lokasi usaha seringkali diabaikan oleh calon peternak sehingga seringkali juga kita mendengar ada usaha peternakan yang berhenti ditengah jalan lantaran mendapat protes dari masyarakat sekitar dan tentu ini sangat merugikan. Secara umum lokasi untuk beternak ayam kampung dapat diusahakan di mana saja, akan tetapi kalau kita bisa memilih lokasi yang nyaman bagi ternak dan nyaman pula untuk masyarakat tentu itu sesuatu yang arif dan bijaksana. Lokasi untuk beternak ayam kampung sebisa mungkin terpisah dari permukiman penduduk minimal 10 meter. Yang perlu kita pertimbangkan adalah limbah bau amoniak yang ditimbulkan jangan sampai mengganggu warga sekitar. Lokasi juga kalau bisa dekat dengan sumber air, sarana produksi ternak (sapronak), pasar , transportasi mudah, dan aman.
Waktu memulai usaha
Pertanyaan selanjutnya adalah kapan kita akan memulai usaha? Usaha beternak ayam kampung dapat dimulai kapan saja asal semua factor pendukung usaha siap dan tersedia minimal bibit, pakan dan kandang. Tersedianya bibit, pakan, dan kandang saja belum cukup kalau tidak dibarengi dengan informasi pasar yang jelas. Waktu yang sedikit tepat untuk memulai usaha beternak ayam kampung adalah 2-3 bulan sebelum hari raya Iedul Fitri (lebaran), imlek dan tahun baru masehi. Mengapa? Karena pada waktu itu permintaan daging ayam kampung rata-rata meningkat sehingga kita tidak khawatir produksi kita tidak laku terjual.
Manajemen usaha
Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan beberapa cara antara lain dengan menetaskan sendiri atau langsung membeli DOC dari produsen terpercaya. Kalau anda menetaskan sendiri itu lebih baik dan lebih menguntungkan pula. Akan tetapi untuk menetaskan telur sendiri perlu sedikit keahlian dan biaya untuk membeli mesin penetas telur. Untuk praktisnya membeli DOC langsung mungkin jalan terbaik, dan seiring dengan bertambahnya waktu bisa mencoba menetaskan sendiri.
Pakan untuk ayam kampung sebenarnya cukup sederhana saja, akan tetapi kalau kita mempertimbangkan waktu dan keuntungan kiranya perlu membuat terobosan atau mencari sumber pakan berkualitas dengan harga murah. Jangan tertipu pakan jadi dengan harga murah, tapi kalau murah berkualitas tidaklah masalah.
Kandang untuk beternak ayam kampung cukup dibuat sederhana saja, akan tetapi kalau sudah yakin usaha kita akan dapat berjalan terus dalam waktu lama maka membangun kandang permanen adalah suatu keharusan. Kandang permanen biasanya akan terawat lebih baik daripada kandang yang bersifat sementara. Yang menjadi patokan dalam membangun kandang adalah arah kandang, dan kepadatan kandang. Kandang ayam kampong dapat dibuat berdasarkan fase pemeliharaan (bok, ren, atau postal).
Pencegahan dan penanganan penyakit adalah hal yang tak kalah pentingnya dalam usaha peternakan ayam kampong. Lebih baik mencegah daripada mengobati adalah prinsip yang harus dipegang oleh peternak untuk masalah ini. Mengapa? Usaha pencegahan jauh lebih murah biayanya daripada biaya yang kita keluarkan untuk mengobati. Usaha pencegahan penyakit ini bisa dilakukan antara lain dengan menerapkan program sanitasi yang ketat, biosecurity, dan program vaksinasi. Sedangkan untuk usaha penanganan penyakit adalah dengan melakukan penanganan atau tindakan yang benar dalam mengobati penyakit.
Pemasaran
Anda tidak perlu bingung untuk memasarkan panenan ayam kampung baik berupa daging atau telurnya, insyaallah banyak jalan. Pasar tradisional, warung penyedia menu spesial ayam kampung, pengepul, pembeli ayam kampung keliling (obrok) tidak pernah berhenti untuk membeli produk ini. Kalau terdapat banyak peternak di suatu tempat atau wilayah maka sebaiknya membentuk suatu komunitas (asosiasi atau paguyuban) semisal koperasi peternak ayam kampung atau semisalnya. Insyaallah banyak manfaat kalau kita bergabung dengan koperasi atau paguyuban di antara salah satunya adalah untuk mengatasi masalah pemasaran produk.


Ternak Ayam Kampung Super Mendulang Emas



Ayam Kampung Super Mendulang Emas

Ayam kampung super menjadi peluang usaha baru yang sangat menggiurkan, karena permintaan daging ayam kampung meningkat dengan signifikan. Kenyataannya budidaya ternak ayam kampung menemui kendala utama yaitu pertumbuhan yang cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari. Dengan adanya teknologi baru, kini hadir ayam kampung super atau ayam jawa super, ternak ayam kampung super secara nyata lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan panen membutuhkan waktu 55-60 hari saja.
Masa panen yang cepat pada ayam kampung super memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan diantaranya tingkat kematian yang realatif rendah, penghematan biaya pemeliharaan dan pakan. Ayam kampung super merupakan hasil persilangan terbaru yang melibatkan teknologi pemuliabiakan ternak sehingga didapatkan pertumbuhan yang cepat dan memiliki karakteristik daging dan bentuk ayam kampung.
Nilai harga jual ayam kampung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, harga berkisar antara 19rb-23rb menurut riset pasar selama tahun 2010-2011. Penentu harga ayam kampung tetap mengikuti kaidah hukum ekonomi yaitu keadaan pasar, penawaran dan permintaan.
Cara pemeliharaan ayam kampung relatif mudah dan simpel, kandang yang dibutuhkan tidaklah harus dibuat dengan biaya tinggi. Prinsipnya yaitu kandang kering, alas tidak basah dan lembab,sirkulasi cukup dan usahakan kandang dengan tipe postal/lantai semen. Cocok untuk usaha sampingan yang memiliki pekerjaan utama yang lain, pemberian pakan pagi dan sore disesuaikan sesuai kebutuhan. Vitamin, obat-obatan, dan vaksinasi juga perlu untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan mencegah penyakit.
Analisis usaha Ternak Ayam Kampung Super
Berikut analisis bisnis ternak ayam kampung super per 100 ekor, rekomendasi pemeliharaan min 200-300 ekor karena tenaga yang digunakan untuk memelihara 100 dan 300 ekor tidak jauh berbeda,jadi alangkah lebih baik langsung 300 ekor agar untung juga bisa lebih terasa.
A. Pengeluaran
No    Keterangan    Harga Satuan    Jumlah Unit    Jumlah
1    Pembelian bibit Ayam Kampung super    Rp. 4.200    300 ekor    Rp. 1.260.000
2    Pakan 0 – 60 hari    Rp. 255.000    11 Sak    Rp. 2.805.000
3    Vitamin dan Vaksinasi    Rp. 100.000        Rp. 150.000
                
    Jumlah            Rp 4.215.000,-
B. Pemasukan
Angka kematian standar berkisar antara 5-10%, ambil saja 20 ekor mengalami kematian, maka pada saat panen jumlahnya 280 ekor dengan berat rata-rata 0,8 – 1 kg.
Harga ayam terendah adalah Rp 18.000,-/kg (biasanya karena dampak permintaan turun, tahun 2011 terjadi di bulan januari-maret). Fluktuasi harga antara Rp 18.000,- s.d Rp. 23.000,- per kilogram (kg).
No    Keterangan    Harga    Jumlah Kiloan    Jumlah
1    Penjualan Ayam    Rp 21.000/kg    0.95kg x 280 = 266 kg    5.558.000
                
    Jumlah            Rp 5.558.000,-

Keuntungan     = Pemasukan – Pengeluaran
    = Rp 5.558.000 – Rp.4.215.000
    = Rp  1.371.000,
Data yang kami berikan berdasarkan harga pasar terbaru dan terupdate bulan ini (Mei 2011) di kota Yogyakarta, di tempat lain disesuaikan.
Kenaikan harga pakan yang cukup drastis akibat gagalnya panen jagung di sumber penghasil jagung dunia antara lain brazil dan india akibat buruknya cuaca selama kuartal pertama 2011, sehingga kami menyarankan penggunaan pakan campuran sendiri (self mixing) sehingga harga pakan bisa ditekan sampai dengan 20% per sak nya (50kg). Pakan campuran sendiri isi dibuat hamper sama dengan buatan pabrik namun bahan baku/raw material kita dapatkan sendiri, penggunaan pakan ini disarankan pada fase finisher(akhir) sampe panen tiba, karena pada fase ini jumlah pakan yang dihabiskan cukup banyak dalam pemeliharaan ayam kampung super

Ternak Ikan Lele

CARA BETERNAK IKAN LELE 

Ada beberapa aspek teknis, produksi dan teknologi untuk melakukan Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele diantaranya yaitu :

1. Lokasi Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele
Pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya pembesaran ikan lele merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele secara menguntungkan, meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit dalam pemilihan lokasi budidaya pembesaran ikan ini. Hal ini karena secara umum ikan lele termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat, meski demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus diperhatikan.

Syarat-syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses budidaya pembesaran ikan leledapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai berikut:
  1. Lokasi yang cocok untuk ikan lele cepat tumbuh adalah lokasi yang memiliki ketinggihan 10-400 m di atas permukaan laut (dpl). Ikan lele akan lambat tumbuh jika dibudidayakan di lokasi yang memiliki ketinggihan di atas 800 m dpl.
  2. Faktor lain adalah tekstur dan struktur tanah. Tanah merupakan faktor mutlak dalam pembuatan kolam budidaya. Tanah yang baik akan menghasilkan kolam kokoh, terutama bagian pematang atau tanggul. Pematang yang kokoh dapat menahan tekanan air. Dengan kata lain kolam tidak mudah jebol dan dapat menahan air. Salah satu jenis tanah yang baik untuk kolam adalah tanah liat atau lempung berpasir dengan perbandingan 2 : 3. Tanah dengan struktur seperti ini mudah dibentuk dan tidak pecah. Namun, jika kolam pemeliharaan ikan lele ditembok atau dibeton, maka tanah tidak lagi menjadi faktor utama.
  3. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi. Walaupun ikan lele dapat hidup dalam air yang keruh, kualitas air sangat mengdukung pertumbuhan ikan lele. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk kolam budidaya harus banyak mengandung mineral, zat hara, serta tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele adalah air bersih yang berasal dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang baik untuk budidaya pembesaran ikan lele haruslah memenuhi syarat variabel-variabel fisika, kimia dan biologi yang baik, meliputi kejernihan air serta berbagai kandungan mineral di dalamnya. Berikut ini kondisi optimal air untuk budidaya pembesaran ikan lele:
  • Suhu minimum 200C, suhu maksimum 300C dan suhu optimum 24–270C.
  • Kandungan oksigen minimum 3 ppm.
  • Kandungan karbondioksida (CO2 )di bawah 15 ppm, NH3 di bawah 0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO3 sekitar 250 ppm.
  • Tingkat derajat keasaman (pH) 6,5 – 8.
2. Proses Produksi Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan hasil persilangan ikan lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal dari Taiwan. Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh sebuah perusahan swasta pada tahun 1986. Ciri khas dari ikan ini adalah sirip dadanya yang dilengkapi sirip keras dan runcing yang disebut patil. Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak. Selain itu juga ada alat yang disebut “aboresent” yang bentuknya berlipat-lipat penuh dengan pembuluh darah. Dengan alat tersebut ikan ini mampu mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam waktu yang cukup lama pada lumpur lembab bahkan tanpa air sama sekali.

Ikan lele mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini berarti bahwa ikan lele akan lebih aktif jika diberi makan pada malam hari. Pemberian pakan yang tepat, baik frekuensi ataupun jumlahnya akan lebih mengefisienkan biaya yang diperlukan. Dengan memahami sifat biologi ikan tersebut, maka pada akhirnya hanya budidaya yang paling efisien yang akan bertahan dalam persaingan.

Ikan lele termasuk dalam golongan ikan karnivora atau pemakan daging. Jenis, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan tergantung ukuran dan lele yang dipelihara. Ada dua jenis pakan ikan lele, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Disamping itu dapat pula diberikan pakan alternatif.

Pakan alami ikan lele adalah jasad-jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik serangga dan sebagainya. Pakan alternatif yang biasa diberikan adalah ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak dikomsumsi oleh manusia, limbah peternakan ayam, daging bekicot/keong mas dan sisa-sisa dapur rumah tangga.

Yang perlu dicermati dalam pemberian pakan alternatif ini adalah bahwa pakan tersebut merupakan reservoir parasit/mikro organisme, sehingga pemanfaatan makanan tersebut akan melengkapi siklus hidup beberapa parasit ikan. Oleh karena itu pemberian pakan alternatif, terutama yang sudah jelek kualitasnya/busuk sejauh mungkin dihindari. Higienisnya pakan, cara pemberian dan penyimpanannya perlu diperhatikan benar agar transmisi parasit dan penyakit tidak terjadi pada hewan budidaya. Dengan melihat kejelekan yang ada pada pakan alternatif/tambahan, maka seyogyanya ikan lele diberikan pakan buatan yang memenuhi persyaratan, baik nutrisinya maupun jumlahnya. Walaupun banyak nilai kebaikan dari pakan buatan, harus diperhatikan pula dari segi finansialnya, karena sekitar 60–65 persen biaya produksi adalah biaya untuk pembiayaan pakan.

Kepadatan atau kerapatan ikan yang dibudidayakan harus disesuaikan dengan standar atau tingkatan budidaya. Peningkatan kepadatan akan menyebabkan daya dukung kehidupan ikan per individu menurun. Kepadatan yang terlalu tinggi (overstocking) akan meningkatkan kompetisi pakan, ikan mudah stres dan akhirnya akan menurunkan kecepatan pertumbuhan. Kepadatan ikan yang dibudidayakan secara semi intensif berkisar 1–5 kg/m2, sedangkan untuk kegiatan budidaya intensif dapat mencapai 20 kg/m2 atau setara dengan 160–200 ekor/m2 apabila berat ikan yang dipelihara berkisar 100–125 gram/ekor.

Pemisahan ukuran (grading) dimaksudkan untuk menghindari perebutan atau wilayah hidup (menghindari/mengurangi persaingan). Dengan pemisahan ini, maka ikan yang ukurannya kecil tidak akan kalah bersaing dan dapat melanjutkan kehidupan/pertumbuhannya secara normal.

Lebih-lebih untuk ikan yang bersifat kanibal, seperti lele, apabila tidak dilakukan pemisahan maka ikan yang berukuran kecil akan menjadi mangsa dari ikan yang berukuran besar. Besarnya kematian disini bukan karena penyakit atau hama, tapi akibat dari aktivitas pemangsaan. Selain itu pemisahan ukuran juga akan menghindari meluasnya jangkitan penyakit, karena seiring dengan pertumbuhan maka peluang untuk terinfeksi juga semakin meningkat.

Secara umum usaha budidaya pembesaran ikan lele dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1) usaha pembesaran saja; dan 2) usaha pembenihan dan pembesaran dalam satu unit usaha. Apabila usaha pembenihan dan pembesaran dilakukan dalam satu unit usaha maka proses budidaya dimulai sejak dari proses pembenihan, selanjutnya benih ikan lele yang mereka produksi dimasukkan dalam proses pembesaran. Sedangkan apabila usahanya pembesaran saja maka pembudidaya dapat membeli benih ikan lele dari pembudidaya lain atau pasar benih ikan atau dari Balai Benih Ikan (BBI) dan selanjutnya dilakukan proses pembesaran.

Ada kebaikan atau kelebihan dari usaha pembesaran dan pembenihan dalam satu unit usaha. Diantara kelebihan tersebut adalah dapat diketahui benar–benar kualitas benih yang akan dibudidayakan, termasuk asal usul dari induknya. Selain itu dengan lingkungan yang sama, maka benih tidak mengalami stres. Benih yang diambil dari tempat lain yang berbeda, apalagi jauh jaraknya serta penanganan yang tidak benar akan mempengaruhi kondisi benih.

Pembesaran merupakan tahap akhir dalam usaha budidaya ikan lele. Benih yang akan dibesarkan dapat berasal dari pendederan I ataupun pendederan II. Kalau benih yang berasal dari pendederan II, berarti ukuran benih sudah cukup besar, sehingga waktu yang dibutuhkan sampai panen tidak terlalu lama. Usaha semacam ini mengandung risiko yang lebih kecil, karena tingkat mortalitasnya rendah. Hasil panen yang seragam atau serempak pertumbuhannya dengan ukuran super adalah salah satu target yang harus dicapai.

Ada 3 (tiga) faktor penting yang harus diperhaitkan dalam usaha Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele, yaitu: kualitas benih, kualitas pakan yang diberikan dan kualitas airnya itu sendiri.

a). Kualitas benih

Benih yang baik berasal dari induk yang baik pula, karena itu sebaiknya benih dibeli dari tempat pembenihan yang dapat dipercaya atau yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah, seperti BBI. Benih baik bisa berasal dari hasil rekayasa genetika seperti lele sangkuriang, proses seleksi, proses persilangan dan sebagainya. Ciri-ciri benih yang berkualitas yaitu tubuhnya tidak cacat/luka, posisinya tidak menggantung (posisi mulut di atas), aktif bergerak dan pertumbuhannya seragam. Benih yang ditebar pembudidaya di Kabupaten Sleman umumnya berasal dari Sukabumi dan lokal. Ada juga yang mencoba benih dari Thailand.

b). Kualitas pakan

Pakan yang diberikan harus tepat dan dalam jumlah yang mencukupi. Yang dimaksud tepat dalam hal ini adalah tepat ukuran, nilai nutrisi, keseragaman ukuran dan kualitas. Pada umumnya pakan yang digunakan berasal dari produksi pabrik. Pakan yang diberikan berupa pelet, dengan dosis 3–5 persen dari bobot tubuhnya perhari. Pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan diberikan dengan cara ditebarkan secara merata dengan harapan setiap individu akan mendapatkannya. Selain pelet, sebagai makanan tambahan diberikan limbah burung puyuh yang terlebih dahulu dicabuti bulu-bulunya. Pemberian makanan tambahan ini memang bisa menghemat biaya, tapi sebagai konsekuensinya adalah dapat membawa bibit penyakit.

c). Kualitas air

Air yang digunakan untuk usaha pembesaran harus memenuhi syarat, dalam arti kandungan kimia dan fisika harus layak. Bebas dari pencemaran dan tersedia sepanjang waktu. Sumber air yang digunakan oleh pembudidaya setempat berasal dari sungai dan sumur. Sistem pembagian air secara pararel, artinya masing-masing kolam tidak saling berhubungan. Dengan sistem ini, maka kemungkinan untuk tertulari penyakit antara satu kolam dengan lainnya dapat terhindari.

Kolam pembesaran yang ada kebanyakan sifatnya permanen. Banyak yang terbuat dari tembok dengan bentuk persegi panjang (4 x 5 m) atau dengan ukuran yang lebih besar, walupun demikian masih ada yang menggunakan kolam tanah. Kolam pembesaran harus disucihamakan dulu. Cara yang paling mudah adalah dengan mengeringkan dan melakukan pengapuran.

Benih yang ditebar sebaiknya dalam satu ukuran (seragam) mengingat ikan lele ini mempunyai sifat kanibal. Benih ditebar pagi atau sore hari saat suhunya masih rendah. Hal ini untuk menghindari stres. Padat penebaran yang digunakan adalah kurang lebih 200 ekor/m3 air. Padat penebaran sebanyak ini sudah termasuk dalam kategori sistem budidaya yang intensif.

Sebagai tahap terakhir adalah pemanenan hasil. Mengingat kolam yang digunakan adalah kolam tembok maka cara pemanenannya menjadi mudah. Tinggal membuka saluran pembuangan air, sehingga airnya menjadi berkurang. Langkah selanjutnya adalah melakukan penyerokan, pemanenan dilakukan dua kali, yang pertama adalah yang berukuran besar yaitu ketika ikan lele berumur 2,5 bulan. Sisanya yang masih belum layak ditinggal pada kolam tersebut dan baru dipanen setelah berumur 3 bulan. Hasil pemanenan yang diperoleh sekitar 80 persen dari padat penebaran 200 ekor/m3 air.

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembesaran ikan lele ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya hanya membutuhkan 1–2 orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya dibayar secara harian/mingguan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan membeli pakan, memberikan pakan ikan lele, melakukan pembersihan, memanen serta menjaga kea manan.

Keberhasilan usaha budidaya pembesaran ikan lele sangat ditentukan oleh kejujuran dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha budidaya ikan lele kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas perairan.

4. Bahan Baku, Fasilitas Produksi dan Peralatan

Input yang digunakan untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan lele yang utama adalah benih ikan lele. Disamping itu juga membutuhkan berbagai jenis bahan habis pakai seperti pupuk kandang, kapur serta pakan.

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan budidaya ikan lele diperlukan peralatan penunjang dan sarana produksi utama budidaya ikan lele. Adapun fasilitas produksi dan jenis peralatan yang digunakan dalam satu unit usaha budidaya pembesaran ikan lele dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Fasilitas dan Peralatan untuk Budidaya Ikan Lele


5. Teknologi Budidaya Pembesaran Ikan Lele

Ada beberapa teknik Budidaya Pembesaran Ikan Lele yang biasa dilakukan yakni, pembesaran dalam kolam tembok atau tanah serta pembesaran sistem longyam.

a. Pembesaran dalam kolam.

Kolam pembesaran yang dilakukan bisa berupa kolam tembok atau tanah dengan menggunakan plastik, fiber dan sebagainya. Tidak ada patokan yang baku untuk ukuran kolam yang akan dipakai sebagai tempat pembesaran tetapi disesuaikan dengan luas lahan yang ada.

b. Pembesaran sistem longyam.

Pembesaran sistem longyam adalah Budidaya Pembesaran Ikan Lele yang dikombinasikan dengan kandang pemeliharaan ayam. Sistem longyam memiliki dua keunggulan, yakni secara ekonomi lebih menguntungkan dan dalam pemanfaatan pakan lebih efisien. Dengan sistem ini, satu lahan digunakan untuk dua jenis usaha sekaligus. Sisa pakan ayam yang jatuh ke kolam bisa menjadi santapan dan pakan tambahan bagi ikan lele.

Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan, teknologi yang digunakan dalam pembenihan hampir seluruhnya dilakukan secara alami (tradisional) dan dalam pembesaran mayoritas menggunakan kolam baik kolam tembok (sebagian besar) maupun kolam tanah (sebagian kecil).

Gambar 4.1
Foto Kolam Pembesaran Ikan Lele di Kecamatan Ngempak, Kabupaten Sleman


6. Kendala Produksi Budidaya Pembesaran Ikan Lele

Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh Budidaya Pembesaran Ikan Lele adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian tinggi pada pembudidaya yang intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi sewaktu–waktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu. Monitoring yang ketat dan konsisten merupakan langkah yang harus dikerjakan dalam usaha budidaya yang modern. Monitoring tidak hanya dilakukan pada ikan yang dibudidayakan saja, tetapi juga terhadap kondisi airnya.

Kalau diperhatikan dengan cermat, sebelum ikan terkena penyakit maka akan menunjukkan gejala–gejala terlebih dahulu. Gejala–gejala tersebut diantaranya adalah nafsu makan yang berkurang, gerakan menjadi lambat, pengeluaran lendir yang berlebihan dan pada stadium selanjutnya akan terlihat perubahan warna, bahkan mulai ada luka pada tubuhnya. Semua gejala ini dapat dilihat secara visual. Gejala ini sebenarnya tidak hanya tampak pada ikannya saja, tapi juga kondisi airnya. Air kolam tampak lebih kental atau pekat, akibat pengeluaran lendir yang berlebihan.

Apabila melihat gejala ini, maka harus segera dilakukan langkah pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah. Pengobatan yang lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan menyelamatkan ikan yang dibudidayakan.

6.1 Hama Budidaya Pembesaran Ikan Lele

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung ataupun bertahap. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat. Ada dua cara yang biasanya digunakan untuk mencegah hama, yaitu:
  • Melakukan pengeringan dan pemupukan kolam.
  • Memasang saringan pada pintu pemasukan air (inlet).
Hama pada ikan lele yang biasanya ada adalah ular, belut, ikan–ikan buas, linsang dan burung pemakan ikan.

6.2 Penyakit Budidaya Pembesaran Ikan Lele

Penyakit dapat disebabkan oleh adanya gangguan dari jasad hidup atau sering disebut dengan penyakit parasiter dan yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan atau non parasiter. Jasad hidup penyebab penyakit tersebut diantaranya adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda dan jenis udang renik. Penyebab penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat melalui:
  • Aliran air yang masuk ke kolam.
  • Media tempat ikan tersebut hidup.
  • Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat.
  • Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi (selang air, gayung, ember dan sebagainya).
  • Agent atau carrier (perantara atau pembawa).
Beberapa tindakan untuk mengatasi berbagai serangan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain aplikasi obat langsung ke ikan. Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit.

Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama penyakit pada ikan lele, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum diketahui penyebabnya. Berikut ini disajikan tabel yang memuat gejala klinis dan diagnosisnya.
Tabel 4.2
Gejala Klinis pada Ikan Lele yang Terserang Penyakit


Pembudidaya pembesaran ikan lele untuk pengobatan umumnya lebih senang menggunakan garam dapur atau daun ketapang, dengan alasan mudah didapat dan murah harganya

By. maskur zaida                                                Andanan HT
      

Singkong Gajah

       CARA BUDIDAYA SINGKONG GAJAH


Singkong, sejauh ini masih dipandang sebelah mata sekalipun beberapa penelitian sudah berhasil meningkatkan potensi ekonomis tanaman jenis umbi-umbian ini. Namun dengan singkong gajah, mata siapa saja bisa terbelalak lebar, karena singkong jenis ini mampu menghasilkan puluhan juta rupiah per bulan.

Almarhum Arie Wibowo di tahun 1980-an menggubah sebuah lagu pop yang dia beri judul Anak Singkong. Dalam lirik-liriknya yang bernada jenaka, lagu itu menggambarkan keterpurukan singkong dibandingkan dengan keju. Ya, singkong memang selalu dipandang remeh.

Tapi, jika saja Arie Wibowo masih segar bugar saat ini dan mengetahui adanya singkong gajah, salah satu varietas singkong yang asli Indonesia sekaligus temuan anak negeri sendiri, tentu dia akan menggubah lagu lain yang merupakan kebalikan dari Anak Singkong.

Singkong tersebut adalah prestasi baru di dunia tanaman pangan yang diukirkan Kota Tarakan, beberapa waktu lalu. Melalui Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan setempat, pemerintah kota itu beserta pihak-pihak terkait, berhasil mengembangkan singkong berukuran jumbo – bahkan raksasa bila dibandingkan dengan singkong biasa – yang kemudian diberi nama singkong gajah.

Seperti namanyaSingkong jenis ini, memiliki keistimewaan yakni, berat umbinya yang mencapai 60 kilogram per pohon. Singkong biasa hanya mampu berumbi maksimal seberat 3 kilogram saja, dan ditanam selama satu tahun.

Singkong gajah ini, awalnya ditemukan oleh seorang Profesor asal Samarinda, Ristono, yang juga mantan Dosen di Universitas Mulawarman. Ristono sudah meneliti singkong tersebut, sejak Tahun 1992 hingga 2002, dengan beberapa percobaan seperti pencakokan singkong lokal dengan singkong karet, maka hasilnya terciptalah singkong gajah tersebut.

Dalam suatu diskusi singkat, membahas prospek pengembangan singkong gajah dalam rangka pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan RI-Malaysia, dengan Kasdam VI/Mulawarman Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya beserta sejumlah stafnya, Januari lalu, Prof Dr Ristono MS yang juga Guru Besar STT Migas Balikpapan itu mengungkapkan sekilas tentang singkong gajah itu.

Ristono mengungkapkan, dia menemukan tanaman itu pada tahun 1992. “Sebetulnya tanaman ini sudah lama tumbuh di Kaltim. Saya menemukannya di beberapa tempat, seperti Manggar (Balikpapan) dan Marangkayu (Kutai Kartanegara). Tapi varietas singkong gajah ini hanya dijumpai di wilayah Kaltim,” tuturnya.



Mudah Dibudidayakan

Cara tanam singkong ini sangat mudah, dengan sistem stek bisa tumbuh. Batang singkong dipotong lalu ditancapkan dalam tanah yang gembur. Hasilnya pun berbeda dengan singkong biasa yang ditanam menggunakan proses okulasi atau dicangkok.

Bersama LSM Borneo Environmental Community (BEC) pimpinannya, Ristono telah mencoba budidaya singkong gajah itu di Samarinda, Kalimantan Timur. Pilot project-nya di Barambai, Sempaja Utara dengan lahan seluas 2 hektare (ha).

Budidaya singkong gajah juga diujicobakan ke masyarakat di beberapa daerah lain di Kalimantan Timur. Di antaranya, Desa Bukit Parianan, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, kemudian Desa Lamaru Balikpapan, Desa Sepaku Penajam Paser Utara, Berau, Malinau, Paser, serta di Universitas Borneo Tarakan.

Upaya memanfaatkan hasil pengamatan bersama BEC ternyata tak semulus yang dibayangkan. Banyak kendala dalam pengembangan singkong gajah. “Modal yang diperlukan cukup besar, khususnya untuk pembukaan dan penyiapan lahan, serta pembelian bibit, pupuk, pemeliharaan, dan pasca panen. Per hektarenya diperlukan dana sekitar Rp 10 juta hingga Rp 20 juta,” papar Ristono.

Namun dilihat dari hasil panen yang akan didapat, hasilnya sangat memuaskan. “Berat rata-rata umbi singkong gajah saat berumur 4-9 bulan berkisar antara 15-46 kilogram. Sedangkan berat umbi singkong biasa untuk masa tanam yang sama, umumnya hanya 2-5 kilogram,” jelas alumni Universitas Tokyo, Jepang itu membandingkan singkong gajah dengan singkong biasa.

Keunggulan lain tanaman itu, ujar Ristono, bukan hanya perawatannya yang mudah, namun juga kebal terhadap hama. “Rasanya juga lebih gurih, seperti ada menteganya. Teksturnya juga sangat lunak tidak seperti singkong biasa yang keras,” tambahnya.


Multi Manfaat

Menurut Ristono, sosialisai dan pengembangan singkong gajah telah dimulai sejak 1 Juni 2009. Berbagai uji coba untuk mengolah singkong itu menjadi macam-macam jenis makanan juga telah dilakukan. Hasilnya, beberapa jenis makanan olahan dengan kualitas yang lebih bagus dapat diperoleh, antara lain berupa keripik, gethuk, tape, bahan sayur pengganti kentang, dan kue yang diberi nama proll tape.

Tanaman singkong gajah pada umur 9-12 bulan mempunyai kadar pati yang tinggi sehingga berpotensial sebagai bahan chip gaplek namun kurang pas untuk diolah langsung sebagai makanan olahan langsung jadi, karena seratnya yang mulai mengeras. Singkong pada umur ini lebih tepat dipabrikasi menjadi tepung tapioka (kanji), tpung mocaf (modified cassava flour atau pengganti gandum) dan didestilasi (disuling, Red) menjadi bioetanol, bahan bakar bio, alternatif pengganti BBM.

Di bagian lain, karakteristik singkong gajah secara fisik menunjukkan bahwa sistem perakarannya memungkinkan tanaman itu untuk menyerap (menahan) air sehingga sangat berguna bagi keperluan system irigasi dan pengendalian banjir. Sedangkan pertumbuhan batang, cabang dan daun di mana tinggi tanaman bisa mencapai 5 meter dan percabangan bertingkat mempunyai potensi dalam pengendalian penyerapan CO2, dengan demikian besar peranannya bagi perbaikan ekosistem.

Kandungan sianida yang relatif rendah pada umbinya terlihat pada daun yang bisa langsung dimakan oleh ternak, misalnya ayam, kambing, dan sapi tanpa menimbulkan pengaruh negatif pada ternak tersebut, hal itu juga terlihat pada umbinya. Karakteristik semacam itu mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan varietas singkong lainnya.

Sehubungan dengan kondisi iklim di Kalimantan Timur yang sulit diperkirakan perbedaan antara musim penghujan dan kemarau, maka penanaman singkong gajah maupun masa panen di Kalimantan Timur dapat dilakukan setiap saat dengan tehnik siklus penanaman yang benar. Dengan demikian penyediaan bahan baku untuk industri berbasis Singkong Gajah dapat dilakukan setiap saat dengan rotasi tahunan tanpa memandang hari maupun bulan dengan luasan areal yang besar tersedia.

Pengalaman menunjukkan, jika singkong gajah ditanaman dengan jarak 1 meter pada luas lahan 1 hektare, berat rata-rata umbinya untuk 1 cabutan batang adalah 20 kg. Bila ditanam dengan jarak 1,5-2 meter, berat umbi dapat mencapai 35 hingga 40 kg per batangnya. Dengan nilai jual di pasaran saat ini berkisar Rp 2.000-Rp 4.000 per kilogram, maka pendapatan yang diperoleh berkisar antara Rp 100 juta Rp 200 juta per hektare.

Hitung-hitungan terjelek, dengan harga Rp 1.000 per kilogram pada saat panen raya, maka hasil yang didapat adalah 20 kg x 10 ribu batang x Rp 1.000 = Rp 200 juta. Sungguh sangat menjanjikan, karena dengan modal Rp 20 juta, seorang petani singkong gajah dapat memperoleh pendapatan hingga hingga Rp 200 juta dalam waktu 9 bulan. Itu baru dari hasil penjualan umbinya saja, belum dari produk-produk turunannya, atau pengolahan limbahnya. Maka tidak menutup kemungkinan, bakal lahir miliarder-miliarder baru berkat singkong, ins

Pemanfaatan Limbah

Pengolahan singkong menjadi pati ataupun produk turunannya dipastikan akan menghasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair. Limbah berupa onggok ini masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung beberapa unsur nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan ternak. Pemanfaatan limbah tersebut, antara lain untuk:



1. Limbah padat seperti kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak.

2. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu limbah cair pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava.

3. Daun singkong dapat juga digunakanan untuk fortifikasi limbah untuk pakan ternak karena daun singkong mengandung nilai protein yang cukup tinggi


By. Andanan HT
     Maskur Zaida